SHARING PENGALAMAN DAN
AGENDA STRATEGIS LEGISLATOR 2009-2014
Graha Sido Mukti, Hotel Santika, Yogyakarta
Sabtu, 4 Juli 2009Kegiatan ini merupakan sesi pertama diskusi rutin FORUM POLITISI (FP) Yogyakarta paska pileg April 2009 dan pilpres Mei 2009, yang diikuti 28 politisi lintas partai yang kesemuanya merupakan caleg incumbent maupun pendatang baru, baik untuk kursi DPR RI, DPRD Provinsi dan Kabupaten/Kota dari wilayah Yogyakarta. Diskusi juga dihadiri Ketua Panwaslu DIY, dengan dipandu oleh Warsito Ellwein (FNS-Indonesia) dan Hari Subagyo (Sekretariat FP Yogyakarta).
Dalam sharing dikemukakan pengalaman praktis di lapangan sepanjang periode kampanye dan respon politisi atas hasil dan pengumuman perolehan suara oleh KPUD. Berikut beberapa poin hasil diskusi:
- Sebagian kandidat lebih banyak menggunakan jalur di luar infrastruktur partai dalam mengoptimalkan dan menggerakkan simpul-simpul jaringan tim sukses, terutama lingkungan keluarga, famili dekat, teman dan kerabat yang cukup apresiatif.
- Periode kampanye yang sangat panjang cukup menguras pikiran, tenaga, dana, waktu dan material logistik kampanye yang dibelanjakan penuh kehati-hatian. Bagi kandidat yang kaya (pengusaha atau pebisnis) mungkin tidak terlalu menjadi masalah, namun bagi umumnya kandidat yang memiliki sumber keuangan terbatas selalu timbul kendala setiap hari.
- Strategi kampanye memanfaatkan ruang-ruang publik, khususnya pemasangan atribut kandidat mulai berupa poster dan spanduk. Selain sebelumnya telah mencetak kartu nama, kalender, stiker, selebaran profile biodata, dan sejumlah atribut lain misalnya mencetak logo partai dan nama kandidat pada korek api, ballpoin, tas/dompet kecil, topi, slayer, pin, kartu perdana, buku notes, keping cakram CD, kaos, baju rompi, kartu pos, kertas suara peraga, dan lainnya.
- Semakin memiliki dana lebih maka pemanfaatan terhadap sarana kampanye semakin beragam dengan jumlah yang besar. Seluruh sarana dan atribut ini terfokus penyebarannya di dapil masing-masing kandidat sehingga akibatnya banyak gambar yang saling tumpang tindih penuh sesak di titik-titik strategis.
- Penghematan belanja media kampanye dilakukan melalui kerja sama antarkandidat se-partai dalam memproduksi, mendesain dan mendistribusikan sarana atribut, baik kandidat tingkat pusat, provinsi dan kabupaten/kota, dengan mengerahkan mobilisasi tim informal untuk temu konstituen.
- Spekulasi politik memperebutkan dukungan suara pemilih dirasakan pada kandidat yang berasal dari luar Yogyakarta dan sekitarnya, khususnya untuk caleg DPR-RI, yang sama sekali belum dikenal masyarakat di wilayah dapil, dan harus bertarung kuat dengan kompetitor lain dalam menjangkau komunitas secara door to door.
- Pelanggaran kampanye masih sering terjadi tetapi cukup sulit dilakukan pembuktian hukum, khususnya menyangkut dugaan money politics. Meskipun pengawasan oleh media massa, masyarakat, lembaga pengawas independen/LSM, tetapi praktik pelanggaran terjadi dalam beragam modus misalnya saat memasuki periode masa tenang menjelang hari pencontrengan.
- Perolehan suara yang diraih kandidat dan diumumkan oleh KPUD cukup dirasa mengesankan khususnya bagi pendatang baru yang belum mempunyai pengalaman politik sama sekali. Dikesankan secara variatif sebagian kandidat merasa kecewa, sebagian lain tidak menduga ketika tidak memiliki suara di TPS-nya sendiri, memperoleh suara lumayan di “kantong-kantong gemuk”, sebagian lagi menyadari ketidak-tepatan strategi dalam mobilisasi suara, atau bahkan merasa terkejut mendapat dukungan di luar kelompok target.
- Dari floor arena diskusi, baik kepada kandidat yang lolos terpilih maupun tidak, terbangun komitmen untuk melanjutkan keberadaan Forum Politisi sebagai lingkaran diskusi yang berguna untuk memberikan sumbangan pikiran dan ide-ide kepada para politisi terpilih, khususnya dalam merumuskan agenda-agenda strategis bagi para anggota legislatif periode 2009-2014. @ms
Tidak ada komentar:
Posting Komentar