Kamis, 17 Februari 2011

Diskusi Rutin ke-11 (Sabtu, 19 Februari 2011)


KERJA POLITISI MENGEFEKTIFKAN AKSES MEDIA DAN PUBLIC SPEAKING


Kerja-kerja politik bagi seorang politisi tidak lepas dari peran media. Di samping kontak langsung dengan konstituen, pemanfaatan akses media menjadi kunci pembuka tentang apa, siapa dan bagaimana politisi dikenal dan mengenali masyarakat. Akses pengenalan tidak saja menjangkau publik-massif, tetapi bahkan individual. Orang tak hanya tahu sekilas profile, namun akan lebih memahami pula gagasan, pikiran dan ide-ide politik cerdas yang dapat diartikulasikan, khususnya terhadap target group.

Uang dan popularitas penting, tapi bukan segala-galanya. Politisi tidak harus membelanjakan “iklan pencitraannya” yang hanya sekadar menanamkan ilusi hingga suatu ketika
publik bisa kecewa dan akan ditinggalkan oleh pemilihnya. Membangun hubungan berkelanjutan dengan insan pers, termasuk kerja sama dengan institusi media cetak dan elektronik, akan lebih baik jika tidak saja dilakukan pada forum formal tapi juga kedekatan
informal sehingga politisi dapat dijadikan sebagai narasumber untuk dikonfirmasi secara cepat dan akurat.

Secara teknis politisi kini dituntut mampu mengelola kegiatan medianya. Selain cakap membuat pressrelease, mengorganisasi konfrensi pers, tampil meyakinkan di ajang talkshow atau diskusi panel, juga trampil menuangkan opini di media cetak. Mungkin dibantu oleh tim kecil, politisi dapat menggunakan sebagian waktunya memanfaatkan secara efektif akses media agar konstituen selalu dapat mengup-date kinerjanya. Rumah aspirasi pun, misalnya, bisa bergerak “mobile” dengan pendayagunaan radio komunitas di suatu dapil pelosok.

Mengemas informasi sekarang lebih terbuka. Teknologi menyediakan beragam layanan mulai surat elektronik, mailing list, facebook, tweeter, yahoo masanger, blog, pesan singkat sampai website untuk ditujukan bagi kelompok sasaran terbatas, khalayak umum, maupun personal. Kegiatan menyapa konstituen dapat dilakukan kapan saja dikehendaki. Semakin lengkap produk media politisi semakin leluasa mengoptimalkan komunikasi politiknya. 

Tetapi sebaliknya, di mata praktisi media pers sesungguhnya apa yang menarik dari politisi itu? Kecuali memburu pendapat kontroversi dan aktual, tidak mudah mencari informasi dengan mengunjungi kantor partai saat dibutuhkan. Sementara politisi dan kader partai yang diminta menjadi narasumber kerap kurang mempersiapkan diri bilamana terjadi kontak wawancara by phone. Penguasaan materi tanpa kemampuan retorika yang lugas berakibat pers “kehilangan” stand-point sekalipun hanya untuk lead beritanya.

Politisi juga jarang membiasakan dengan orisinalitas pendapat yang menarik bagi efek pengutipan oleh media. Bahkan mungkin mengabaikan hal-hal bersifat teknis. Misalnya, bagaimana membuat pernyataan menarik? Mempersiapkan urutan poin-poin penting? Perilaku selama wawancara? Bersikap menghadapi media yang kritis? Tampil meyakinkan di depan kamera atau voice recorder? Kontrol, sikap alami dan gerak tubuh yang sadar? Mengatur “jeda” (pause) saat ambil nafas? Kontak mata yang konstan dan bersahabat? Pilihan kata, pengaturan suara dan ekspresi wajah? Dan tentu masih banyak lagi check-list yang dapat disusun sendiri oleh politisi, di samping praktik latihan terus menerus.

Menyampaikan pesan secara teratur dapat dimulai sejak hari ini. Memiliki daftar kontak wartawan (tersimpan dalam phone-book di ponsel), nomor telpon/faksimil dan mail-addres kantor redaksi, memelihara hubungan dan memperluas jaringan media, serta selalu fokus pada isi pesan yang konsisten. Sebab kader partai dan politisi dikenal karena konsistensinya memperjuangkan aspirasi. Hal itu dapat dilakukan dengan strategi kampanye media yang terus menerus sehingga politisi dan partai semakin dirasakan mampu menjadi artikulator dan agregator kepentingan masyarakat.         

Bagi politisi, prinsip kerja media tidak boleh reaktif tetapi harus proaktif. Saat ini memang bukan momentum banjir media komunikasi visual (poster, spanduk, baliho, umbul-umbul), namun hari ini sekaligus sudah merupakan starting-point memberdayakan efektif seluruh akses media secara teratur dan terencana. Sama seperti penggunaan media elektronik yang dikelola sendiri, demikian juga media massa komersial yang memiliki pembaca dan pemirsa dapat menumbuhkan rangkaian multiplikator bagi gagasan dan ide-ide politisi.

Dengan efektif mengelola “kehumasan” maka kader partai akan dikenal, diketahui, disukai, dan dipilih oleh konstituennya. Sebab, dalam strategi pemenangan kandidat, dikenal saja tidak cukup bila tidak diketahui sesungguhnya siapa. Atau bila sudah dikenal dan diketahui, namun belum tentu disukai. Selanjutnya, jika memang dikenal, diketahui, dan disukai, maka berjuanglah untuk dapat dipilih. Perencanaan kerja media dapat menjadi supporting system bagi politisi, dan itu adalah sekarang.

Terkait dengan kerja-kerja tersebut, sekretariat Forum Politisi Yogyakarta (FPY) mengundang bapak/Ibu dalam diskusi rutin ke-11 yang akan diselenggarakan:

Hari/tanggal     : Sabtu, 19 Februari 2011
Waktu              : Pkl. 09.30 – 12.30 (hingga makan siang)
Tema               : “Kerja Politisi Mengefektifkan Akses Media dan Public Speaking
Narasumber    : - Munarsih Sahana (Jurnalist Radio at Pro2 Jogja)
                          - Anung Nur Rachmi (Program Manager FNS)
Tempat            : Ruang Parangkusumo, Lt. 3 Hotel Santika, Yogyakarta


Hormat kami,
admin Sekretariat FORUM POLITISI Yogyakarta






Contacs Person: Hari Subagyo (081802679269), Joko Utomo (08156891631), M. Syarifudin (085228313234)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar